Di Embun dan Pagi itu?



Di Embun dan Pagi itu?

Kita masih berjalan beriringan tanpa saling bergenggaman, manalah ada yang mengetahui esok. Yang gila adalah hidup dari segala perjalananya yang tak memakai jaminan, biar saja saling mengiringi dahulu, tak perlu saling bergenggaman tangan, biar dari kejauhan aku melihat sebuah kebahagiaan yang abadi dari kisah kita yang saling mendoakan.

Seperti cerita Embun dan Pagi.

"Kita masih berada pada bagian akhir halaman buku yang masih belum selesai.." Kata Embun.

"Siapa yang bisa menjamin?" Pagi bertanya.

"Pagi?..." Ini nada Embun yang memelas.

"Aku ingin menjadikannya kata-kata indah, dan doa setiap hari, setiap aku bangun menyambut Mentari.." Yang berbicara Pagi, tertunduk. masih ragu.

"Bahkan kamu pun tak suka aku bertanya?" Embun tak perlu ditanya sebenarnya, untuk Pagi ia pasti datang setiap hari,

"Soal jaminan?" Pertanyaan Pagi yang tak diinginkan Embun.

"Setiap pertanyaan mampu memudarkan jawab yang hendak aku berikan, aku hanya ingin mengikuti apa yang kamu inginkan dariku, tak perlu bertanya, cukup hanya sebuah ajakan, dan jaminan dari mulutmu tentang masa depan yang akan kita hadapi.." Embun berbicara, ingin keyakinan.

"Siapa yang bisa mejamin masa depan? Bahkan Mentaripun tak menjamin esok ia datang dengan wajah suram, bahagia atau dengan awan hitam..." Pagi seolah bertanya pada diri sendiri. 

"Sesuatu yang bisa meyakinkan, dengar, aku hanya butuh sesuatu yang bisa meyakinkan, ayolah, ajak aku menuju sesuatu yang membuatku yakin akan hari esok, akan semua aral maupun bahagia yang menghadapi, aku hanya butuh sebuah keyakinan, jaminan dari tiap langkahmu untukku. sebelum aku menguap." Mata Embun penuh harap. Tak ingin sebuah gelengan Pagi yang menatap angin. 


***

Di Embun dan Pagi itu?

Biar menjadi sebuah kata-kata indah ketika aku mendengarnya. Sesegar aku menghirup udaranya. Semakin segar bila saat berjalan kita telah bergenggaman.

Kita pecah dari tujuan awal, kamu merencanakan sesuatu setiap hari dan aku mencari sesuatu setiap bangun pagi, belaian angin masih dingin ketika ada sebuah keputusan dari mulut pagi yang sampai di telinga.

Embun dan Pagi itu siapa yang mejamin? siapa yang merencanakan?

"Sekarang, nanti dan sampai kapan itu, aku tak akan bertanya lagi, akan ku ajak kamu bersama, aku menjamin selalu bisa mendampingimu dalam segala hal, apapun itu.."

Saat itu kita akan saling berjalan dan bergenggaman tangan. Di bawaah satu payung saat hujan. Di atas satu pembaringan kala malam. seperti Embun Pagi. 

Lalu...
Di Embun dan Pagi itu?
Kita Tersenyum. Bergenggaman tangan. Saling meyakinkan dalam Doa masing-masing.


Dalam separuh nafas pernah ada tanya, 
kepada isyarat yag seharusya mengena jauh dalam relung kalbu,
rasa yang tak sudah, mendekati dinding pasrah,
bungkamnya rupanya menanti ajak, 
bukan nisbi beralih pilih, dalam debar tetap satu.
ajak aku, yakini aku.


Berjalanlah bersamaku. 

Karena kita percaya bahwa keyakinan adalah suatu jaminan.

Tulisan ini terinspirasi dari curhat seorang teman.

Kijang. Mei 2011


Photo by : Embun


Tertarik dengan Iklan di bawah ini? Silahkan klik Gambar untuk info lebih lanjut.
The Pastor's WifeThe Man with No Name Trilogy (A Fistful of Dollars / For a Few Dollars More / The Good, The Bad, and the Ugly) [Blu-ray]In Your Dreams

Comments