Posts

Showing posts from December, 2010

selamat pagi waktu yang akan tertinggal

Selamat pagi waktu yang akan tertinggal, untuk waktu yang gelisah, waktu yang terkenang, waktu yang terlupa, waktu yang terselubung, mereka hanya pindah kepenghitungan baru. Selamat pagi waktu yang akan berulang, kita akan bertemu lagi, pada setiap kelahiran, pada setiap jabat tangan, pada setiap senyuman dan pada setiap peristiwa yang berhenti dan bermula. Selamat pagi waktu yang akan melingkar, memutar kembali kearah yang kembali pada setiap pahala dan dosa, kekalahan dan kemenangan, cinta dan benci, tawa dan tangis, Selamat pagi waktu yang akan meluncur, pada sistem nya yang acak, yang tidak akan pernah diketahui jawabnya, yang datang dan pergi diantara rizki, maut, keajaiban. hanya ditangannya lah sang jawaban, tuhan. Selamat pagi waktu yang merangkai setiap pengharapan, di setiap mimpi, disetiap imaji dan inspirasi. berkeliaran disetiap yang tak pasti, melantunkan nada-nadanya yang tak terkendali. membekuk untuk tak luput dalam dekapan waktu yang makin surut

Puisi mati

tak ada lagi yang tertinggal, hanya puisi mati. bait-bait yang terpenggal sepenggal-sepenggal. tak bijak mengatakan patah sebagai alasan, bukan? sayap tak lengkap pun masih bisa mengepak. tidurkanlah aku dengan sajak, walau sepetik. agar mimpi-mimpiku berkait statik. lalu, bangunkan aku dengan sajak, walau sebait. biar pagiku berseri, penuh dengan barisan inspirasi. yang tertinggal kini, puisi mati. jangan simpan kata-kata kedalam laci hati. tak perlu pasti disini, tak perlu. susun ambigu yang padu. jangan buat puisi mati.

Di matamu

Di matamu, apakah aku seperti buku yang tak pernah selesai engkau baca. seperti membaca cerita yang kekal, tanpa ending yang selesai. dengan ambigu padu, entah berlirih sendu, entah merindu. Telah aku hafal setiap hal dari bait-bait janggal, di sela-sela nafas tersengal, menghampiri sepi yang kian menebal. kini melekat rapat, malam di matamu, entah sendu, entah merindu.

Apa setiap orang tau.

setiap orang tau ada catatan saat ia dilahirkan, saat langkah pertama dan saat mengucapkan perpisahan. setiap orang tau, teratur atau acak, redup atau terang, bergantung pada karakter latar belakang masing-masing, jangan memaksa. setiap orang tau bahwa satu peristiwa berjalan cepat atau lambat, bersebab atau tanpa sebab. seperti pemandangan atau rasa. setiap orang tau, hal serupa bisa saja terjadi pada tiap kejadian, karena ini dunia, waktu : katakan sajalah sebagai indera manusia. apa setiap orang tau..?

ini pagi

ini pagi, pagi yang mengiramakan senandung yang bermacam. menyembunyikan sisa-sisa duka semalam. siap merentang tantang, mendalangi diri berperan dalam kisah duniawi. ini pagi, pagi yang mengusulkan energi-energi yang membirahi. merasuk hingga kerusuk, siap membusuk. siap membombardir getir-getir hingga tergelincir. hai embun bergelembung sabun, jangan hadap kementari dulu, pagi ini ia masih culun. aku belum mau kau terbias, tunggu nanti hingga mencapai ubun-ubun. mentari, dengar aku. ini pagi, masih pagi.

Tawa itu luka yang ia samarkan

Rahasia luka, menyembunyikan dusta, yang tak terlihat dari mata awam. seperti malam menyembunyikan rahasia embun untuk pagi. Rahasia mata,  menyembunyikan rasa, mengalir halus kehati. seperti erupsi gunung yang menggetarkan bumi. Tawa sembunyikan makna,  Melupakan kejammnya dunia. "aku hanya menjalaninya saja" kemarilah,  Biar aku hias mahkota perak itu dengan bunga-bunga cantik.

Bait-bait yang terkait

Sebagai rindu, engkau telah menjelma menjadi batu, didadaku. tak lepas, jelas makin mengeras. Sebagai kalut, engkau telah menguap bagai kabut, tak pernah habis terenggut, perlahan memupus, dan menguap lagi tanpa putus. aku tentang penulis sajak, mencoba untuk bijak, kau tentang imaji melankolis, hanya bisa kutulis. dalam bait-bait kita yang berkait.

Lihat pantai

Galau irama angin, iringi kencang tarian laut. zapin, tak tau aku arah arus pergi..? sudah berombak-ombak pecah gemuruh, getar kecil masih digenggam tak juga meredam. bukannya karang yang tegar terhempas, segenggam pasir pun tidak. hujan belum juga datang, dipantai belum juga tenang. by :   Artalegawa

selembar kertas itu

Selembar kertas itu, kau telah melipatnya jadi kapal terbang, katamu. bila dilayangkan dari sini, bisa sampai ia ketepian,  kertas itu hampir saja kubuang.  Terlalu tipis dan lemas. Dan aku tak bisa menggambar. selembar kertas itu, kau telah mebaginya jadi dua bagian,  satu untukmu dan satu untukku. katamu. tulislah tentang aku, dan aku akan menulis tentangmu. selembar kertas itu, tanpanya pun aku kan tetap menulis tentangmu.

Siapa pemandu acaranya?

Selesaikah pertunjukan? atau kita hanya bertukar peran. kau jadi laki-laki, aku  jadi banci. siapa yang menutup tirai panggung, dibalik punggung sedusedan mengakrabi. "jangan menasihati orang yang jatuh cinta", kata temanku. masih tersimpan setiap adegan diwajah itu. kini, siapa yang jadi pemandu acara...?

semalam HUJAN tapi tak deras

Mungkin semalam HUJAN, mungkin tak deras. Anthurium itu berembun, lihat embun pagi ini melembung bak uap sabun. Apa semalam HUJAN?, Apa tak deras? di Adenium itu membekas jelas bintik-bintik membias.. berarti semalam hujan tapi tak deras, dahan yang hampir patah itu tak resah buktinya. pasti semalam HUJAN hanya tak deras, gerimis. Aku tertidur pulas.

Penunggu embun

Gerimis malam, airnya bersembunyi pada helaian rumput.  Tanah membasah membingkai imaji kosong,  ranting resah tinggal menunggu patah.  "aku masih di kota ini, tak bersembunyi." suaraku mengaum kemana sesungguhnya,  dari deru angin, langit tinggi, bintang dan pelangi berhias-hias. Tak ada yang kutinggalkan, malam ini hanya gerimis. "aku mati disini, menunggu embun"

Jejak gerimis

Masih ada jejak gerimis dirambut. tadi aku melangkah diantara daun gugur dan gemericik air ditanah subur, jadi seperti pejalan lelah. dari lelah mencapai resah mengekor bayang-bayang, gerimis ini mengantar resah kemana? tak ada cahaya didahan berlumut, pandangan tertutup kabut, aku menebak tiap langkah, aku kira kau yang diujung itu, menunggu. aku terjebak dilangkahku, "bukan. itu bukan kamu..."

Gerimis

Aku tak menggali kesendirian, tapi ia disana. Aku tak menjemput keresahan, tapi ia menunggu. yang miris dikala gerimis, yang mengambang dari kalut ke kabut.

She Quita - Cinta Jadul (indie band kijang)

                                                         musik : SHE QUITA                                         DOWNLOAD

Yang kelak akan

Siapa yang kelak akan selalu ada untukmu, yang mengucap ikhlas seuntai kata rindu, menaklukan ego keruang rendah diri, yang menemani harimu hingga mati. siapa yang kelak akan semakin memahami dirimu, sebagai penghapus peluh lelahmu, menjadi pendengar setia keluh kesahmu dan bila kau mengeluh dia berucap, "hidup memang begitu" siapa yang kelak akan senantiasa kekal mengenangmu, sebagai hawa yang tau arti memori, yang kan bercerita kepada penerus-penerusmu, walau hanya seucap kata bijak pembangkit semangat dahulu.  Siapa yang kelak...?

Pada malam

Dunia berhenti mendekap sunyi Bagai anak panah tak berbusur. Aku teriakan kata tak mendasar, kutantang gelap malam, tak peduli peri tertawa. Aku telusuri engkau, dari belakang setiap peran. demikian indahnya dibalik setiap makna, kini, sudah terdesak aku pada gelap, Dan nanar mata memicing hingga sipit, padahal aku sanggup membuang pelangi. Pasti bersebab sesuatu, dan segala menjadi tak bermutu. tinggal menunggu peri tertawa lagi. tidurlah, aku mulai lelah.

KABUT

ADA lebah madu, bersenandung dengan angin. berlari ia kejar-kejaran dengan kabut, kabut ingin mencuri madunya. Ia bersembunyi dikelopak kembang. kabut pura-pura tak melihatnya, nanti saja mengikuti hingga kesarang madu. kabutpun membias lebah madu mengikuti angin. dari tangkai kembang lebah madu melihat, tak jauh ada seorang perempuan tua yang mahir bermain gitar. memainkan sebuah lagu dari nada minor. "lebah, aku tak punya madu, pergilah?" Tiba-tiba jari-jarinya memainkan lagu sedih. lebah madu tak mengenali nada itu, nada yang belum pernah ia dengar sama sekali. kabut naik keatas permukaan, "aku harus pergi" kata lebah madu, ia pura-pura takut, padahal masih ingin mendengarkan lagu-lagu sedih. perempuan tua tersenyum melanjutkan nada, syair lagu menceritakan cinta tak biasa. kabut sembunyi ditempias langit senja. Angin berhembus mendukung lebah madu. biarkan hinggap di taman penuh bunga warna-warni. samar-samar lagu sedih tak berubah, saja

Love On The Lips Of The Whore - Asylum

Image
Genre: Symphonic Deathcore Album: Asylum Country: California (USA) 1. Intro 2. Confinement 3. Insanity 4.  Doctor! Doctor 5. Medical Abuse 6. Asylum 7. Murder 8. Room 13 9. Lobotomy 10. Voices 11. Diseases 12. Quarantine DOWNLOAD