Kita, Adenium dan Peri mimpi

Malam seperti hijaunya sepi dibarisan pepohonan itu,
kita, demikian sudah sangat berubah.
kerena telah bermalam-malam,
dan bukan hanya pada malam ini saja,
aku mengikat sendu jiwa kita, dengan baris yang tegas. Sunyi

kenangan menjadi seperti nyanyian burung-burung malam. Syahdu.
memupuk keasaan pada linear malam,
sekejap, agar cepat terlelap,
mungkin nanti bermimpi tentang peri yang membaca sajak.

dan pada malam ini,
dari satu malam ke malam yang lain, ku hampiri adenium,
baru saja ia tersenyum, ia tau, aku memesan embun untuk wajah pagi.
esok aku kembali mencumbu daunnya sebelum direnggut sang mentari.

Ketika akhirnya kita tutup sebuah malam,
peri mimpi membuka hidup, mengibaskan selendang,
mempercantik diri dan bersiap masuk pada jiwa-jiwa yang mengantuk.
siap mengajak lelap dengan berbait-bait sajak.

Peri mimpi,
biarkan aku melangkah mendekatimu,
aku bukan hendak mengganggumu,
aku hanya ingin selendang mimpi itu membalut pada leher tidurku.

@abee_dee

Comments