Seberapa Pantas



Waktu selalu meyakinkan setiap orang akan ketepatan hitungannya, seberapa kapasitas sesuatu atau seseorang menuju ke arah yang dilakukan atau dilewati. Sangat mutlak bila diuraikan per-tiap gerak dan perubahannya. Kita tahu waktu dihitung dengan alat yang bernama jam atawa arloji, pada masa sekarang ini, kita dengan mudah mengira-ngira, menebak seberapa lama, menunggu pas-nya atau malah telah mengetahui pada detak detik keberapa sesuatu hal itu akan terjadi terhadap kegiatan-kegiatan yang kita lakukan sebagai manusia. 

Seperti kegiatan sehari-hari untuk mandi, sarapan, berangkat ke kantor, ke kampus, ke sekolah ataupun ke pasar. Hal yang mendasari dari seberapa seringnya kegiatan-kegiatan itu kita lakukan secara berulang. Perihal ketepatannya malah terkadang membuat kita puas atau merasa kekurangan. Dan yang pasti semua itu terlepas dari hitungan masa depan yang sama sekali tak akan kita ketahui bentuknya seperti apa dan bukan untuk mereka-reka apa yang kan terjadi. Waktu yang kita bicarakan ini adalah kegiatan atau schedule.

Waktu memberi kita tempat yang cukup pantas di dunia ini. Jangan membayangkan jam pasir era zaman dulu atau hitungan melalui matahari yang terbit hingga tenggelam seperti zaman Indonesia masih dihuni oleh pendekar-pendekar. Kepantasan yang didapat itulah “Nafas” saat ini.

Seberapa pantas? Seperti judul lagu sheilla on 7 kan? (Memang iya, tulisan ini terinspirasi dari lagu itu) tadi, pagi-pagi sekali sebuah radio online muter lagu itu. Mendadak galau.

Sebenarnya seberapa pantaskah kita bangun setiap pagi? Seberapa pantaskah kita menghirup udara segar yang berada di sekitar?. Awalnya saya tak pernah bertanya kepada diri sendiri seberapa pantaskah-seberapa pantaskah-seberapa pantaskah? Palingan hanya pernyataan saja. Masih ada waktu-masih ada waktu-masih ada waktu. Namun tiba-tiba tadi hening sekali, seperti ada energi yang berpusar di sekitar saya waktu bangun pagi. Mimpi tadi malam yang saya alamipun seolah terkoneksi, seperti ada sinkronisasi ke alam sadar. Dan saya tiba-tiba yakin dengan apa yang akan terjadi satu jam kedepan dalam hidup saya. Bakalan ada ini dan bakalan ada itu.

Mengapa seberapa pantas? Padahal lagu itu sudah lama sekali dan lumayan sering saya dengar dari komputer saya atau handphone, tapi kok malah dari radio ini yang menohok. Apakah hanya sekedar sensitivitas belaka? Lalu sebuah buku yang baru saya baca semalam tiba-tiba ada di lantai kamar dalam keadaan terbuka pada halaman tertentu, padahal sebelumnya buku itu duduk manis di meja berantakan, berikutnya mata saya tertumbuk pada angka-angka nomer punggung yang dipakai pesepak bola dan baru saja saya baca artikelnya di internet. Angka-angka itu sama dengan halaman buku yang terbuka di lantai kamar, juga angka-angka itu sama dengan nomer buntut HP beberapa orang teman saya, kemudian pada saat bersamaan HP saya bergetar, ada dua pesan singkat masuk dari dua teman saya yang mempunyai dua nomer buntut sama itu. Apa saya bilang.

Jadi, dari rentetan peristiwa di atas, lantas saya namakan sinkronitas atau sinkron saja. Istilah kebetulan mari kita enyahkan jauh-jauh. Saya tak membahas kebetulan karena tak mempercayainya.

Dua pesan singkat itu sebelumnya sudah akan saya ketahui bakal singgah ke HP saya. Karena pertanda-pertanda itu. Dari seberapa pantas itulah saya menebak hehehe...  tapi bukan itu sebenarnya, barangkali inilah yang dinamakan sensitivitas perasaan. Tiba-tiba sinkron tanpa kompromi. Seberapa pantas kita menyikapinya, seberapa pantas kita menghadapinya, seberapa pantas kita mampu, Tuhan tahu, saya masih pantas melakukan beberapa hal yang menurut batin saya, awalnya saya anggap berat. Kedua pesan singkat itu. it’s a job. Beberapa pekerjaan yang mesti saya lakukan. Dead Line.


***


Kijang 27 Oktober 2011. 

Selamat hari Blogger Nasional yang jatuh pada tanggal ini.

Fotonya nggak sinkron kan? saya comot dari sini http://vi.sualize.us/ gara-gara teringat Gramophone Bapak yang piringan hitamnya sering saya pakai untuk main sepeda dan saya letakan di ban seolah jadi Cakramnya. Dulu waktu saya kecil.

Comments

Unknown said…
catat tanggal dan waktunya ttg kejadian ini. Mungkin penghuni kamar sdg ingin berkomunikasi... Atau alam, atau keadaan. Bisa jd itu bimbingan dari sang pencipta!
Denny Hermawan said…
Merinding jadinya dengar bahasa "Penghuni Kamar" Hehe..