Jangan Hujan, Gerimis Saja.


Jangan hujan, gerimis saja. Katamu suatu waktu. Hujan tengah akan datang kala itu, udara mulai mendingin, angin telah menyapu memberi penanda untuk semua bersiap menyambut hujan.

Jangan hujan, gerimis saja. Katamu yang masih cemas menunggu. Aku perhatikan gerak matamu, kian lama kian sayu. Entahlah, mungkin sedang  pilu. Atau rindu.

Akhirnya hujan. Aku tersenyum di tengah kulum bibirmu yang manyun. Karena hujan telah datang deras, bukan gerimis seperti yang kau harap-harapkan dan lekas.

Dramatis. Katamu. Namun tak ku sambut dengan kata Romantis, seperti yang ada pada buku. “Ketika hujan dan kamu”. Sebuah kecemasan perihal hujan.

Hatimu rintik gerimis, memasung tangis di kedalamannya, tak ingin hujan, sebab hujan bagimu adalah selaksa cemas.

Hatiku bulir-bulir hujan, menyimpan ketenangan tiap tetesnya, banyak kenangan indah menjurus ke sana, karena hujan bagiku adalah keindahan.

***

Setiap dengar kata “Hujan” selalu muncul di benak saya sebuah tempat. Rumah. Tempat berlindung menghindari air-air dari langit itu. Tempat di mana saya merasa aman. bersidekap dengan kenangan dan macam-macam.


Kata orang, bulan-bulan yang berakhiran “Ber” bulannya Hujan. September, Oktober, November, Desember. Saya berharap kalian tak percaya dengan yang namanya "Kebetulan".

Dan sekarang bulan Oktober. Sepertinya sedang akan hujan. Langit muram. Itu keadaan ketika saya sedang menulis ini. Prosa di atas merupakan proyeksi antara saya dan salah seorang teman, hanya sekedar. Kalau hujan turun saya selalu berharap sedang berada di rumah, menikmati segala rasa dengan cara sendiri.

Suka dan tidaknya kita dengan hujan, kembali pada tiap yang merasakannya. Keadaan akan mempengaruhi akibat dari turunnya hujan, bisa saja salah satu dari kamu akan berucap “The Rain Makes Me Blue” Atau “So Beautiful Rain..” Dan sejenisnya.

Sudah banyak cerita dan mitos tentang Hujan, dan saya tak akan membahas itu. Saat ini saya hanya berharap. Jangan hujan, gerimis saja.



Kijang, oktober 2011, *Ketika tak sedang mengharapkan Hujan.


Photo by Mat Kodak


Comments