Di sana : Bukan Masa Lalu



Di depan sana ada sebuah jalan, bisa saja jalan itu penuh ruas dan di kelilingi tebing curam. Apakah kita harus berhenti? Atau tetap berjalan namun dengan sedikit hati-hati. Atau menunggu waktu yang tepat untuk melaluinya? 

Masih banyak yang harus kita tuju di depan. Dengan berjalan atau berlari. Dengan tergesa atau perlahan.

"Jangan berlari karena dikejar sesuatu, berlarilah karena mengejar sesuatu." Kata-kata itu masih terngiang hingga kini.

Mungkin sekarang segalanya nampak buram. Kita tak mengetahui dimana ada tebing curam, juga tak mengetahui dimana terdapat lubang yang sangat dalam. 
Kita belum, belum mengetahui seluk beluk jalan di depan.

Dari sini, hanya tampak sedikit cahaya di ujung, mungkin tidak begitu kelihatan. Mungkin sekedar setitik terang seperti suar yang dilihat kapal nelayan yang tersesat di jauh perairan. 

Tetapi ini sesuatu yang kamu harus percaya, bahwa ada sesuatu yang indah di sana, di tempat yang akan kita singgahi dan kita datangi nanti. 

Mungkin tempat itu belum bernama, namun telah ada dan menunggu menyambut kita dengan taman bunga-bunga. 

Sekarang belum waktuku menjanjikan apa-apa. Aku pun tak tahu pasti, apa yang akan menyambut kita di tengah jalan dan di ujung jalan nanti. Cuma satu hal yang bisa kupastikan : Disana ada aku, kamu dan mereka yang telah lebih dulu sampai kesana.

Dan apabila itu cukup buatmu, genggam tanganku, jika sedikit ragu, pejamkan matamu, kita berjalan dalam genggaman. Aku atur langkah agar terus bersama, mengiringmu menuju setitik cerah di sana. Walau pelan, saat berjalan bersamamu itulah segalanya akan menjadi kenangan. Bahkan abadi dari kesekian cerita-cerita indah yang pernah ada.

Bukan Masa Lalu. 




Tertarik dengan Iklan di bawah ini? Silahkan klik Gambar untuk info lebih lanjut
Edging Past Reality - a collection of short storiesThe Oxford Book of American Short StoriesOriginal Short Stories - Volume 01

Comments