Maybe Definitely


Kamu mungkin bisa saja menahannya atau membiarkan begitu saja ketika dia ingin memegang tanganmu padahal bisa saja saat itu kamu tidak sedang dalam keadaan akan terjatuh. Kamu mungkin bisa saja membiarkannya begitu saja tanpa secuil kabar, update media sosial atau bertitip salam melalui seseorang yang kalian saling kenal. Dan barangkali dia tidak memberikan hadiah ketika kamu merayakan sesuatu tapi dia mengetahui dari sisi lain pandangannya. Mungkin sekali lagi kamu telah membiarkannya.

Pada mulanya, kamu berpikir kamu telah benar-benar merasa benar dengan sebuah sikap. Tapi semakin kamu merasa benar, ternyata dia mengartikannya dengan sebuah makna yang berarti harus menghindar. Tentu saja, dia tidak sempurna, kelemahan yang ditakutinya sendiri, masalah yang hanya diceritakan sendiri – barangkali ke sebuah puisi atau cerita fiksi – sampai-sampi ada sesuatu yang terbang, entah kemana.

Di kemudian hari. Kamu mungkin sudah membenci atau hanya masih ingin mengetahuinya saja, dan kamu masih tak mengerti dengan lagu-lagu yang ia dengar, nada-nada yang disenandungkan perlahan seolah sedang bergumam, tapi kamu ingat. Itulah dia, dan kamu sadar, kamu telah membiarkannya. Memilih melangkah masuk ke dalam gerbang kenangan.

Ketika kamu berpapasan dengannya nanti, mungkin itu akan terjadi suatu waktu, ketika matahari sedang akan kembali sementara di ujung cakrawala, atau di riuh kebisingan suatu acara, dengan langkah yang sama-sama dijaga dari radius mata pandang yang tak panjang, pada satu titik waktu hanya ada saling lemparan selengkung senyuman manis yang pernah terjadi begitu dekat beberapa waktu lalu.

Apa kabar?

Bukan pertanyaan yang sulit dijawab sebenarnya. Tapi akan ada satu rasa gelisah di sana ketika harus berbarengan bertukar berita. 

Kamu mungkin bisa saja menghubunginya lagi pada suatu waktu, walau nantinya itu akan menjadi sesuatu yang ada namun tiada, sesuatu yang nyata tapi terasa maya. 

Kenyataannya adalah ; kita sudah saling mengenal, bahkan jauh sebelum ada langkah-langkah pelan, cerita-cerita bintang, musik-musik yang berbeda di telinga, serta rencana-rencana yang tak teringat. 

Kita sudah memanggil dalam sugesti masing-masing jauh sebelumnya, ketika kita sama-sama berbaring menunggu rasa kantuk di peraduan masing-masing, namun belum berani untuk saling menyapa.




Comments