Let's Ask Can We Stay?


Terlalu sering pergi ke suatu tempat yang secara intens kita kunjungi apakah dapat menyebabkan kebosanan? Pada suatu masa barangkali itu sah-sah saja terjadi. Kita berjalan melewati jalan yang sama, dengan pemandangan dan aktivitas yang sudah kita hapal di luar kepala, siapa-siapa saja yang berpapasan dengan kita di jalan, bentuk-bentuk bangunan yang berderet, warna tanah kemerahan menuju aspal, serta garis jalanan yang putus-putus berwarna putih hampir kekuningan dan sudah pasti langit tanpa ujung sepanjang mata memandang.

Lalu kita beralih, pergi melewati jalan yang berbeda, tentu saja tujuan tetap sama, ke sekolah, kampus, kantor, tempat olahraga, tempat perbelanjaan atau kedai kopi misalnya.

Dalam perjalanan sudah pasti akan berbeda setiap view-nya, dan jelas lagi itu akan membawa kita ke dalam perbedaan, proses menuju, hanya proses, ingat, hanya prosesnya saja yang berbeda, dan setelah mengalami keindahan proses yang berbeda tersebut, lalu kita kembali ke tempat yang sama.

Di tempat yang sama di mana kita selalu berada atau kunjungi. 

Bukan hanya sesekali, ada baiknya kita harus selalu melihat dari sudut pandang yang berbeda. Seperti melihat hasil karya sebuah patung deformasi misalnya, bila diputar beberapa derajat, mungkin kita akan melihat ia berubah wujud, ketika kita bergeser beberapa langkah, si patung deformasi juga kan memperlihatkan transformasinya ke dalam bentuk yang lain.

Dan di suatu tempat, di mana saya dan kita selalu berkunjung, melihat warna langit senja berubah membentuk gradasi, rumput yang bergoyang miring dan anak-anak ilalang yang mengikuti dan menempel di celah celana bagian lutut sampai jari. Di sana hampir tak ada kebosanan. 

Sekali lagi.

Bukan hanya sesekali, ada baiknya kita harus selalu melihat dari sudut pandang yang berbeda sesering mungkin.


So let's go there 
Let's make our escape
Come on, let's go there
Let's ask can we stay? 


Comments