Memoar yang tak pudar


Langit sudah terang dan aku masih bimbang,
cahaya mentari menyusup lembut berbelang-belang membentuk kabut di langit gerimis,

Rasa yang fana telah terminum seperti racun dalam tubuhku,
perempuanku, aku bimbang, seperti burung yang tak tau hendak kemana bersarang,

Di pohon semu, aku menggelayuti rindu yang meriwayat dan tak pernah tamat, menangkap rasa dalam senyap, seperti asap di sisa-sisa pembakaran kenangan.

Ini kisahmu perempuanku, menjadi ceritaku yang bergumul igauan pada malam-malam biru nan sendu, menyalin kembali memoarku ke dalam buku-buku puisi bertujuan mengenangmu.

Gerimis sedang menanti hujan datang,
menjelma rintih hati yang mencari pulih,
dari kedalaman sinar matamu yang ambigu,
aku meramu, mencoba menguak tabir pada getir kecemasanku.

Akan ada damai, katamu.
di bawah temaram lampu kuning saat itu,
Senyummu terbakar meski hatimu bergetar menanggung aral,
Pasti, kataku. dan aku tahu senyum itu luka yang samar dari ranum bibirmu.

Aku terpaku, ada rahasia di lingkar matamu yang bersembunyi dalam tatapan sendu,
deru keingintahuanku medobrak dalam suara paraumu yang mengucap "aku baik-baik saja".
aku tak percaya.

masih perempuanku,
masih saja sulit membiasakan malam-malam tanpamu,
di rona wajahmu yang pucat, untuk terakhir kali, lekat ku pandang dengan hati senyap,
selamat jalan, barisan pelayat berjalan pelan.

Langit kian terang dan gerimis perlahan hilang,
semua tentangmu telah menyebar dan berkembang dengan baik ke bagian tubuhku seluruhnya, seperti leukemia yang mengambilmu dariku secara perlahan.

Selamat jalan perempuanku, warna-warna indahmu kan terus mekar, sejajar di pilar-pilar langit yang menghampar, dan cinta ini sulit pudar.

*prosa ini lahir dari request 10 kata oleh seorang teman Reny payus
 Bimbang - fana - rindu - gumul - rintih - damai - rahasia - suara - rona - pudar.

Gambar di atas hasil jepretan Bang loklong. Disini.

~ lapanbelasmaretduaribusebelas ~

Comments

praja said…
ops.. sapa tu?
Denny Hermawan said…
saphaa ajhaa bolleee wkwkwkwk.......
Anonymous said…
jikalah engkau prosaku maka tak ingin aku biarkan dawai itu bernyanyi sendiri,
hanya sedikit yang engkau tau"ya,aku mengenalimu tapi itu dulu"