******

KEPEDIHAN dan kesedihan rupanya adalah kekuatan yang menghancurkan segala bentuk perlawanan.
Pada kesekian ingatanmu tentangnya, mungkin lima atau sepuluh tahun berikut, mungkinkah matamu masih menurunkan hujan.

Yang akan terjajar nanti adalah ketidaktahuan kita akan perlakuan waktu yang tak menentu, sehingga antara kepedihan dan kesedihan bukanlah proses yang bisa di sketsakan maupun direncanakan.
Saat kau bilang hatimu kembar siam dengan hatinya, ia bilang tak ada dokter yang mampu memisahkan dengan cara operasi apapun, aku bilang tuhan sang pemilik hatinya.

Tanyakan kepada setiap sisi-sisi yang kau anggap sama itu, bila masih menyalahkan penglihatan atau keadaan, sama-sama kita harus dapat menilai dan merunutkan sedari awal jejak-jejak yang pernah terlewati, lima atau sepuluh tahun yang lalu.

Dan asap-asap yang berterbangan ke udara selama ini, ia menyusup pada atmosfer yang dapat kau, dia dan aku tulis. biarlah berlalu dan jangan anggap itu semu, kelak, hatimu yang kembar siam dengan hatinya mungkin melahirkan sebuah hati yang lucu namun tak lugu.

Hati itu, akan tebentuk dengan sendirinya. kau memilih, dia memilih, akupun begitu.
lalu senyap.

Comments