Pejalan Lelah


Hari ini Bumi menceritakan banyak cerita. Kekasih yang kecewa. Pejalan yang kelelahan dengan tujuannya sendiri. Penyair yang bosan puisinya dijiplak orang lain. Pemerintah yang selalu mencanangkan program macam-macam namun mendapat respon kecil dari penduduk yang telah banyak kecewa.

Hari ini angin juga menghembuskan banyak kisah. Berita koran-koran bertajuk mesum banyak disuka. Info soal trik bercinta banyak dicari. Selebritis makan di sebuah warung kopi kecil jadi perbincangan. Ketidakpuasan salah satu anggota kelompok hanya karena uang menjadi perdebatan.

Dan hari ini juga, seorang pejalan lelah mencari sebuah tempat singgah. Mungkin Angin yang mengirimnya.
Silahkan membawa diri sendiri tetap pada alurnya agar stabil. Tak lagi labil seperti anak-anak kecil. Katanya. Mereka menunjukkan kekecewaan di Social media, bertingkah seolah mengerti filosofi Anarki, merasa paling terkekang hidupnya, mencaci maki yang padahal teman seperjuangnya. Lanjutnya lagi. 

Hari ini. Bumi dan Angin benar-benar menceritakan dan menghembuskan cerita dari banyak kisah. Tapi kenapa engkau lelah berjalan wahai sang pejalan lelah? Tanya kami.

Pejalan yang lelah mencari rimbunan pohon untuk melonggarkan sedikit himpitan yang terasa pada kaki, lengan yang pegal, panas yang mengirimkan haus. Saatnya bersandar di bawah rerimbunan pohon. Merenungkan segalanya. Mencari tahu apa yang menjadikannya lelah. Namun tak didapatnya jawaban atas tanya itu. Terkadang caci maki menyerapah pada mulut yang hampir berbusa.

Sampai pada titik ia bertemu kami. Orang-orang yang tak berarti.

Pada saat berjalan, sebenarnya kita hanya sedang membawa tubuh saja, sedangkan jiwa masih tertinggal di suatu tempat yang paling kita yakini. Tempat di mana tersimpan bermacam ketenangan, angan-angan dan juga kenangan.

Pejalan lelah menceritakan apa alasan ia melangkah. Konon kesejatian akan ditemukan ketika berjalan. Ia telah mencapai satu ketenaran dan keberhasilan. Lanjutnya disela-sela nafasnya yang mulai teratur. Sepertinya tak meninggi, terlihat dari tatap matanya yang menyala bak intan permata. Apakah mata selalu bisa memancarkan ketulusan dan sebaliknya?

Bumi dan Angin masih akan terus bercerita mengenai apa saja. Untuk para pejalan yang baru mulai. Ini etape yang disiapkan dengan perwujudan keinginan dari dalam hatimu sendiri. Hidup ini Melankolis dan Dramatis. Pejalan lelah tak banyak istilah, hanya perumpaan yang ia nyatakan untuk menjadi renungan bagi pendengarnya. Tapi ia juga mencaci, memaki, meludahi apa yang ia anggap tak berarti. Borok Negeri ini!!! Kenapa kita masih dituntut untuk berjiwa Nasionalis!!! Demokratis Shit!!!. Akal-akalan konspirasi!!! Hell with this Country!!! Ia lelah dan memaki untuk kelanjutannya.

Tetapi kenapa ia lelah. Bukankah katanya ia telah mencapai suatu hal keberhasilan? Entah itu karir yang cemerlang atau harta yang bergelimpangan.  Ia mengandaikan dirinya seperti Hujan. Hujan? Tanya kami serentak. Awan memang tengah mendung, bergelayut murung di luas langit tak berujung.

Hujan itu sang pembuat karya Sastra terbesar sepanjang masa. Dari puisi satu baris hingga novel berjilid-jilid. Dari nada satu irama menjadi bait-bait lagu indah. Dari kanvas kosong menjadi torehan lukisan yang anggun. Serta ini itu yang mewakili tiap ide, pemikiran dan inspirasi. Itu Hujan. Salah satu misteri Alam yang ada di Bumi. Katanya berapi-api. Sebab itukah ia berandai-andai menjadi Hujan? Hujan yang menghasilkan banyak karya. Hujan yang mungkin juga sebagai tangisannya yang pedih.

Mungkin ia seorang Seniman. Hanya saja sedang murung. Barangkali ia seorang pengusaha kaya. Hanya saja sedang bermasalah. Atau ia seorang politikus. Yang sedang galau hingga hobinya meracau. Ah, bukankah kepuasan hanya ada pada diri individu itu masing-masing? Yang tipis itu bukan hanya benci dan Cinta, bukan hanya Kehidupan dan Kematian. Yang tipis itu juga antara waras dan gila. Antara caci maki dan kata-kata mutiara.

Bukankah di dalam pertanyaan yang benar akan sudah terkandung 90 persen jawaban. Seperti saat kita bertanya kepada Dokter ketika sedang berobat. “Dok saya sakit apa?” Tentu saja si Dokter belum bisa memberikan jawaban. Beda halnya dengan pertanyaan yang diperjelas seperti “Dok, kepala saya pusing, badan pegal-pegal, setiap pagi mual, kaki kesemutan....” Sudah pasti Dokter itu telah menyimpan sebagian besar jawaban atas pertanyaan tadi. Ilmu dan pengalaman yang dipelajari itulah jawaban dari pertanyaan yang jelas tersebut.

Untukmu Sang Pejalan lelah. Engkau mengerti apa yang sudah, pernah, telah dan sedang Kau lewati. Terimakasih telah singgah kemari.

Pejalan lelah bangkit dan terus berjalan. Bumi dan Angin akan mengiringi kisah-kisahnya. Disampaikannyalah banyak cerita dan berita. Sampai ia lelah lagi dan bertemu orang-orang yang mungkin ia anggap belum punya arti, untuk menceritakan dirinya kembali sebagai Hujan, atau barangkali Bintang dan Matahari. Dengan caci maki atau kata-kata mutiara.

Kijang, November 2011.


 Photo by  : Muhamad Nasrun

Comments